PENYIMPANAN DAN PENATAAN BAHAN KIMIA
Bahan
kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah
peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan
resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium
aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary
containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan
dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan
itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan
secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut
sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia
yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus
dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau
degradasi kimia.
Secara rinci, klasifikasi bahan
berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam PP No.74 Th 2001 tentang pengelolaan
B3, klasifikasi tersebut sebagai berikut :
Ø Mudah meledak (explosive)
Ø Pengoksida (oxiding)
Ø Berbahaya (harmful)
Ø Korosif (corrosive)
Ø Bersifat iritasi (irritant)
Ø Beracun (toxic)
Ø
Karsinogenik
Ø Teratogenik
Ø Berbahaya bagi lingkungan
Penyimpanan
bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic.
Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet
tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan
toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat
bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
1. Lemari
Penyimpanan Bahan Kimia
Pengaturan dan penempatan bahan kimia
sebaikanya dipisahkan berdasarkan perbedaan
klas bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai
berikut :
Table 1.1 Prioritas
dan Kategori pada Penyimpanan Bahan Kimia
Prioritas
|
Kategori
Penyimpanan
|
Kode
Penyimpanan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
|
Dibuat ketika dibutuhkan (jangan disimpan)
Kasus khusus
Radioaktif Silinder gas Cairan mudah terbakar
Cairan reaktif air
Padatan mudah terbakar Cairan korosif, asam Cairan korosif, non-asam Bahan kimia korosif, reaktif air Padatan korosif Kulkas Bahan kimia beracun Agen pengosidasi Bahan kimia umum, anorganik Bahan kimia umum, organik |
Situ
Spec
Rad
Cyl
FL
FW
FS
CLa
CLb
CW
CS
Cold
T
Ox
GIn
GOrg
|
Bahan Kimia Korosif (CLa dan CLb)
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan
basa. Penyimpanan bahan kimia korosif
jangan sampai bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet).
Perhatikan bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga
dapat mengganggu kesehatan pengguna.
Untuk keperluan penyimpanan, asam-asam yang berujud
cairan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organik
(misalnya asam asetat glacial, asam format, asam mineral (misalnya asam
klorida dan asam fosfat), dan asam mineral oksidator (misalnya asam
kromat, asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan
asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini
diantaranya adalah:
a.
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan
logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b. Pisahkan
asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
c. Penyimpanan asam organik biasanya
dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
d. Pisahkan
asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala
seperti natrium sianida (NaCN), besi
sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dll.
e. Gunakan
wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika
dipindahkan ke luar lab.
f. Simpanlah
botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau
tidak terkena langsung sinar matahari.
g. Simpanlah
asam dengan botol besar pada kabinet
atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol
lebih kecil.
h.
Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastik untuk
menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari
pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus
asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari
bahan kimia organik.
i.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable
dan combustible.
Penyimpanan
basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium
hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida
(NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
a.
Pisahkan basa dari asam, logam aktif,
bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
b. Simpan
larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
c. Tempatkan wadah larutan basa dalam
baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
d. Simpanlah
botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan
korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Pelarut mudah terbakar (FL)
Wadah
dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut
dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam. Simpan dalam
kaleng dalam lemari solvent. Pisahkan dari asam peroksida dan oksidator lain.
Hindari
penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung,
sumber nyala atau api. Cairan flammable yang memerlukan
kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe”
atau “Flammable Storage Refrigerators”.
Jangan sekali-kali
menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
Padatan mudah terbakar (FS)
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena
gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap
air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor
pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium
(Na) harus disimpan di dalam minyak
tanah (kerosene) atau minyak mineral.
Padatan flammable ini harus disimpan dalam cabinet
flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible. Bila reaktif
terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
Agen
Pengoksidasi (Ox)
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia
yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang
dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4),
feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen
peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan
dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia
reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium =
K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat
yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah
terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
Sianida
Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.
Bahan reaktif terhadap air (FW dan CW)
Simpan di tempat dingin, kering yang
jauh dari sumber air.
Bahan
yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara lembab saja akan
menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya
hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus
dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci).
Siapkan racun api kelas di dekatnya. Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila
terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan
silika gel.
Bahan piroforik
·
Dalam kemasan asli, simpan di tempat
yang dingin.
·
Berikan tambahan sel yang kedap udara.
Bahan Kimia Sensitif Cahaya
Penyimpanan
bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat
kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa contoh senyawa
sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam merkuri, kalium
ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus
terhindar dari cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna
coklat (amber bottle) pada tempat dingin dan gelap. Apabila botol
penyimpan bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas
perak/timah), maka tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
Bahan pembentuk peroksida
·
Simpan di tempat kedap udara atau
tempat penyimpanan bahan flammable.
·
Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.
Bahan beracun (T)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly
toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%)
< 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100
mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker). Tulisi wadah bahan
kimia ini dengan kata “bahan beracun”. Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah,
dan tertutup rapat. Tabel 1.2. memperlihatkan beberapa bahan kimia toksik yang
selama ini sudah dicarikan penggantinya. Sedangkan Tabel 1.3. memperlihatkan
bahan-bahan kimia karsinogen.
Tabel
1.2. Bahan Kimia Toksik dan Penggantinya
Bahan Kimia Toksik
|
Pengganti |
Chloroform
|
Hexanes
|
Carbon tetrachloride
|
Hexanes
|
1,4-Dioxane
|
Tetrahydrofuran
|
Benzene
|
Cyclohexane atau Toluene
|
Xylene
|
Toluene
|
2-Butanol
|
1-Butanol
|
Lead chromate
|
Copper carbonate
|
p-Dichlorobenzene
|
Naphthalene, Lauric
acid, Cetyl alcohol, 1-Octadecanol, Palmitic acid, or Stearic acid
|
Potassium
|
Calcium
|
Dichromate/Sulfuric
acid mixture
|
Ordinary detergents
|
Trisodium phosphate
|
Ordinary detergents
|
Alcoholic potassium
hydroxide
|
Ordinary detergents
|
Tabel
1.3. Bahan Kimia Karsinogen
Bahan Kimia Karsinogen
|
|
Bahan Kimia Karsinogen
|
|
Penyimpanan Gas Terkompresi (Cyl)
·
Pisahkan
dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
·
Amankan
bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
·
Atur
regulator ketika gas dalam silider digunakan.
·
Pasang
tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
·
Jauhkan
silinder dari sumber panas, bahan korosif
bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
·
Pisahkan
silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat
menimbulkan reaksi dengan gas dari
silinder lain.
·
Gunakan lemari asap untuk mereaksikan
gas yang diambil dari silinder.
·
Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai
ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
·
Jagalah
sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggeser-geserkan silinder, karena gas
dalam silinder memiliki tekanan tinggi.
Bahan
Kimia yang Incompatible
Tabel 1.4. Matriks
Bahan Kimia yang incompatable
(tidak boleh disimpan bersamaan)
Asam An-organik
|
Asam Oksidator
|
Asam Organik
|
Basa
|
Oksidator
|
Anorganik Racun
|
Organik racun
|
Reaktif air
|
Pelarut organik
|
|
Asam
An-organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Asam
oksidator
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Asam
organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
Basa
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Oksidator
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||||
An-organik
racun
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Organik
racun
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Reaktif
air
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Pelarut
organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
x = tidak boleh disimpan bersamaan
Tabel 1.5. Klasifikasi Penyimpanan
Bahan Kimia
Bahan
Kimia
|
Tidak
Boleh Bercampur dengan
|
Asam asetat
CH3COOH
|
Asam kromat, H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2,
Na2O2;
Permanganat,
KMnO4
|
Aseton
CH3COCH3
|
Campuran
asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4
pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
|
Asetilen
C2H2
|
Flor,
F2; Klor, Cl2;
Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg
|
Logam alkali
Li, Na, K
|
Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4;
Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2;
halogen, F2, Cl2, Br2, I2
|
Amonia
anhidros,
NH3
|
Raksa,
Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2;
Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
|
Amonium nitrat,
NH4NO3
|
Asam; serbuk
logam; cairan dapat terbakar; Klorat,
ClO3- ; Nitrit, NO2-;
belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar
|
Anilin
C6H5NH2
|
Asam nitrat, HNO3;
Hidrogen proksida, H2O2
|
Bahan
arsenat, AsO3-
|
Bahan
reduktor
|
Azida,
N3-
|
Asam
|
Brom, Br2
|
Amonia,
NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6;
butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8
( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2;
Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk
logam
|
Kalsium
oksida, CaO
|
Air,
H2O
|
Karbon
aktif, C
|
Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua
oksidator
|
Karbon
tetraklorida, CCl4
|
Natrium, Na
|
Klorat, ClO3-
|
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8;
Bahan organik serbuk; Bahan dapat terbakar
|
Asam kromat, H2Cr2O4;
Krom trioksida, Cr2O3
|
Asam asetat, CH3COOH;
Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O;
gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin;
alkohol; cairan mudah terbakar
|
Klor, Cl2
|
Ammonia, acetylene,
butadiene, butane, methane, propane (or other petroleum gases), hydrogen,
sodium carbide, turpentine, benzene, finely divided metals
|
Klor dioksida, ClO2
|
Ammonia, metana,
fosfin, Asam sulfida
|
Tembaga
|
Asetilen, hidrogen
peroksida
|
Cumene hidroperoksida
|
Asam, organik atau
anorganik
|
Sianida
|
Asam
|
Cairan dapat
terbakar
|
Amonium nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium
peroksida, halogen
|
Hidrokarbon
|
Flor, klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
|
Asam sianat
|
Asam nitrat, Basa
|
Asam florida
|
Ammonia, aqueous or
anhydrous
|
Hidrogen peroksida
|
Tembaga, Krom, Besi,
Kebanyakan logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin,
Nitrometan, Cairan dapat terbakar
|
Asam sulfide
|
Asam nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Amonia (berair
atau anhidros), Hidrogen
|
Hipoklorit
|
Asam, Karbon aktif
|
Iod
|
Asetilen, Amonia
(berair atau anhidros), Hidrogen
|
Raksa
|
Asetilen, Asam
fulmanat, Amonia
|
Nitrat
|
Asam sulfat
|
Asam
nitrat (pekat)
|
Asam asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan dapat
terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat
|
Nitrit
|
Asam
|
Nitroparafin
|
Basa anorganik, Amina
|
Asam oksalat
|
Perak, Raksa
|
Oksigen
|
Oli, Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar
|
Asam perklorat
|
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak
dan oli
|
Peroksida, organic
|
Asam (organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin
|
Fosfor (putih)
|
Udara, Oksigen, Basa,
Bahan reduktor
|
Kalium
|
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Kalium klorat dan
Perklorat
|
Asam sulfat dan asam
lain
|
Kalium
permanganat
|
Gliserin, Etilen
glikol, Benzaldehid, Asam sulfat
|
Selenida
|
Bahan reduktor
|
Perak
|
Asetilen, Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat
|
Natrium
|
Karbon tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Natrium Nitrit
|
Amonium nitrat dan
Garam amonium lain
|
Natrium peroksida
|
Etil atau metil
alkohol, Asam asetat glacial, Asetat anhidrida, Benzaldehid, Karbon
disulfida, Gliserin, Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural
|
Sulfida
|
Asam
|
Asam sulfat
|
Kalium klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat (atau senyawa dari
logam ringan seperti natrium, litium, dll.)
|
Telurida
|
Bahan reduktor
|
From: Manufacturing
Chemists' Association, Guide for Safety in the Chemical Laboratory, pp.
215-217, Van Nostrand Reinhold
|
Tempat Cairan Bahan Kimia
Semua cairan kimia berbahaya harus
disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan efek karena tumpahan atau
bocoran. Kapasitas tray 110 % volume botol terbesar atau 10% dari seluruh
volume.
Rak penampung disesuaikan dengan sifat
bahan (cairan) yang disimpan dalam botol. Jangan menggunakan bahan aluminium.
Chemical Storage Cabinets
·
Approved corrosive cabinets berfungsi
untuk penyimpanan asam dan basa.
·
Flammable storage cabinets berfungsi
untuk menyimpan cairan flammable liquids.
2. Pemberian Label dan Wadah Penyimpanan Bahan Kimia
Keamanan informasi sangat penting untuk
keamanan peralatan dan bahan. Wadah bahan kimia dan lokasi
penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama
bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika
tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan
warna berbeda. Misalnya warna merah
untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru
untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang
bahayanya rendah.
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan,
pelabelan pada botol reagent jauh lebih penting. Informasi yang
harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya:
- · Nama kimia dan rumusnya
- · Konsentrasi
- · Tanggal penerimaan
- · Tanggal pembuatan
- · Nama orang yang membuat reagen
- · Lama hidup
- · Tingkat bahaya
- · Klasifikasi lokasi penyimpanan
- · Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya
bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti
dalam kabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh
dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat
penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder
seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau
pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang
langsung diisi bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam
wadahnya. Ukuran wadah bahan primer yang perlu disediakan wadah sekundernya
yaitu :
1. Cairan
radioaktif ketika wadah berukuran ³ 250 mL
2. Semua cairan
berbahaya lain untuk wadah ³ 2,5 L
Secara umum
pengelompokkan bahan berbahaya yang
memerlukan wadah sekunder adalah:
1. Cairan flammable
dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter,
trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat
misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya
amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4.
Bahan
radioaktif
Bahan
kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan bahan kimia yang rusak
harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat bahwa biaya pembuangan
bahan kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu cukup lama, oleh karena
itu limbah kimia harus dibersihkan setiap saat.
Acuan:
dan sumber lainnya.
Terima kasih, sangat bermanfaat. Dan izin copas
BalasHapus