Kamis, 08 Oktober 2015

Penanganan Limbah Bahan Kimia di Laboratorium Sekolah



Penanganan Limbah Bahan Kimia

1. Cara meminimalisir limbah bahan kimia
Ada beberapa prinsip sederhana yang dapat dilakukan dengan tujuan sedapat mungkin menghindari membuang limbah, atau setidaknya mengurangi terjadinya limbah kimia. Prinsip-prinsip yang dapat dilakukan adalah:

a. Hindari membeli bahan kimia dalam jumlah besar
Meskipun
membeli dalam jumlah yang lebih besar sering kali lebih murah, namun bahan kimia harus disimpan dan mungkin terjadi perubahan kualitas dan berakhir dengan pembuangan. Membeli tidak lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk 1 sampai 2 tahun ajaran.

b. Hindari menggunakan terlalu banyak
Murid yang belum terbiasa dalam praktikum Kimia sering menggunakan bahan kimia lebih banyak dari yang diperlukannya. Misalnya, ketika membuat tembaga (II) sulfat kristal dari tembaga (II) oksida, mereka akan terus menambah lebih banyak tembaga (II) oksida daripada diperlukan.

c. Petunjuk harus jelas
Petunjuk pada lembar kerja atau buku praktikum harus jelas. Hindari pertanyaan yang tidak jelas  misalnya, "menambahkan satu spatula penuh oksida tembaga". Apa ukuran spatula sebenarnya?

d. Meminimalkan konsentrasi larutan

e. Membuat hasil suatu produk satu bereksperimen, sebagai awal eksperimen yang lain
Timbal (II) klorida, bromida atau iodida dari reaksi presipitasi dapat disaring,
dicuci, dikeringkan dan kemudian digunakan dalam elektrolisis.
f. Mendaur ulang bahan kimia (recycle)
Kristal tembaga sulfat
hasil dari suatu eksperimen, dapat digunakan kembali untuk membuat larutan tembaga sulfat.

g. Menghindari atau
menurunkan kontaminasi
Siapkan bahan kimia hanya sejumlah (berat atau volume) yang dibutuhkan untuk pelajaran, bukan keseluruhan botol.

h. Mengelola akhir pelajaran
Membersihkan pada akhir pelajaran sering dilakukan terburu-buru. Murid mungkin hanya menuangkan segala macam bahan kimia bersama-sama menjadi 'koktail' kimia yang bisa terus bereaksi dan mengeluarkan asap berbahaya. Gelas bisa menjadi begitu bernoda dan sulit dibersihkan. Menghindari hal tersebut harus dimasukkan dalam perencanaan pelajaran.

2. Cara Pengelolaan Limbah Laboratorium Seaman Mungkin
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

a.      Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :

·         Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2. Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.

·         Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam cairan diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni, Mn dan Hg.

·         Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

·         Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh resin anion.

b.      Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

·         Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak  aktif.

·         Metode Pengenceran (Dilution)
dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.

·         Metode Proses Biologis
dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

·         Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

·         Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).

c. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan dibakar di insinerator
  
3. Pembuangan residu/limbah bahan kimia menurut tingkat hazard

 
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuangan Limbah Bahan Kimia

Informasi tingkat hazard bahan kimia beserta limbahnya dari laboratorium sekolah dan perguruan tinggi dapat dilihat pada buku/kartu Hazcard (kartu 'W'). Berikut ini adalah tabel ringkasan mengenai penjelasan kode dari tipe limbah bahan kimia.

Tabel 3.1 Ringkasan W Hazcards
Kode
Tipe Limbah
Metode Pembuangan
W1
Kelebihan dan stok yang tidak diinginkan dari bahan kimia berbahaya (yaitu, yang memiliki eringatan/simbol bahaya). Tanggal kadaluwarsa pada bahan kimia tidak selalu relevan untuk penggunaan di sekolah.
Kumpulkan untuk dibuang oleh pengangkut limbah terdaftar.
Koleksi mungkin terjadi sekali setiap
5 sampai 10 tahun.
W2
Sejumlah kecil limbah berbahaya (sisa dari
eksperimen, dll) yang tidak boleh dibuang dan
tidak dapat di-treatment atau didaur ulang. Semua sekolah harus memiliki wadah terpisah untuk:
termometer rusak dan potongan
kecil merkuri dan senyawanya,
limbah hidrokarbon,
timbal dan senyawanya (dan kadmium dan senyawa kadmium).
Sekolah yang lebih besar mungkin perlu wadah tambahan untuk:
organohalogens,
residu perak.
Kumpulkan untuk dibuang oleh pengangkut limbah terdaftar. Beberapa mungkin dibuang dalam jumlah besar bersama-sama. Wadah ini harus dibuang setiap tahun. Manajemen sekolah sudah harus mengatur pembuangan limbah berbahaya lainnya seperti lampu neon dan monitor komputer.
W3
Sejumlah kecil limbah yang dapat didaur ulang dengan sedikit usaha atau digunakan kembali.
Recycle (rincian dapat diberikan pada Hazcard).
W4
Sejumlah kecil limbah yang bereaksi dengan alkali.
Tambahkan perlahan ke 1 mol dm-3 larutan natrium karbonat. Mungkin terjadi panas. Larutan yang dihasilkan harus
diuji alkalinitas dengan
indikator asam/basa dan, ketika sudah bersifat alkali, dituangkan ke bak air untuk pengenceran lebih lanjut.
W5
Sejumlah kecil limbah yang bereaksi dengan asam.
Tambahkan perlahan ke 1 mol dm-3 larutan asam etanoat. Mungkin terjadi panas. Larutan yang dihasilkan harus diuji keasaman dengan larutan litmus dan, ketika sudah bersifat asam, dituangkan ke bak air untuk pengenceran lebih lanjut.
W6
Sejumlah kecil limbah yang mudah menguap.
Membakar, menguapkan atau melepaskan uap material (sebaiknya) dalam lemari asam yang menyala atau di tempat terbuka yang aman untuk melakukannya.
W7
Sejumlah kecil limbah berbahaya yang mungkin
dibuang melalui sistem drainase

Encerkan dengan air sampai di bawah
konsentrasi yang diberikan di
bagian kanan
kolom tabel Hazcard W.
W8
Limbah padat rendah bahaya dan jumlah kecil
limbah berbahaya yang dapat dibuang melalui
pembuangan sampah normal.

Padatan rendah bahaya dapat dibuang di tempat sampah normal. Ini juga dapat dilakukan dengan bahan kimia dengan peringatan bahaya jika mereka pada konsentrasi di bawah tingkat yang ditetapkan pada tabel di Hazcard W NAMUN HANYA JIKA TELAH TERJADI PENGENCERAN SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM (tidak boleh sengaja mengencerkan untuk tujuan pembuangan).
WSpec
Zat dengan persyaratan pembuangan khusus.
Metode pembuangan akan dijelaskan pada Hazcard.



Acuan:
CLEAPPS Laboratory Handbook, dan sumber lainnya.

1 komentar:

  1. Trimakasih.Informasi sangat bermanfaat sekali...apa boleh minta email atau no.wa?karena banyak hal yang ingin saya tanyakan terkait laboratorium.

    BalasHapus